Selasa, 22 Juni 2010

Ketoprak dan Kerinduan

Hari ini jadwal saya libur, tepat hari rabu, biasa kerja shift tidak mengikuti hari libur orang kebanyakan yang di tetapkan hari sabtu dan minggu, dalam setiap minggu saya bisa berbeda hari libur dengan minggu sebelumnya, tergantung kapasitas.

Kata rekan2 kerja saya "kerja disini, anda tidak akan menemukan tanggal merah semuanya hitam"

Tidak berbeda dengan libur2 sebelumnya, hanya ada dua tempat yang biasa saya kunjungi, berada di kostan bermain dengan rima2 homicide, atau sekedar bermain game, atau pergi ke pesing, sebuah daerah di jakarta barat, di JL raya daan mogot, disana ada sungai dengan air hitam legam hasil percampuran ribuan atau bahkan jutaan partikel aneh yang untuk mengejanya saja saya kesulitan, di sepanjang sungai ada pasar yang tidak pernah berhenti berdenyut, pasar tradisional yang tersisah dari gerusan mall-mall besar yang bisu...yah bisu karena kita tinggal mengambil apa yang kita mau, tanpa tawar-menawar, tanpa sedingkit cengkrama antara penjual dan pedagang, tanpa perkenalan,tanpa ikatan emosional, dan tentu tanpa rasa dan kesadaran, dipasar ini aku sering bertrasaksi, kenal beberapa pedagang yang biasa aku beli barang mereka, ah pasar tradisional memang asyik, karena disana kita meninggalkan jejak2 kata dan emosi..tidak bisu

Di belakang pasar tepatnya di samping rel kereta api jurusan kota-tangerang, di sekitar rumah2 kumuh (jika kita menggunakan standar house bukan Home), tapi tidak bagiku inilah hunian, tempat saya melepas kepenatan, dari pada kost saya yang berasa rumah bukan hunian, disana ada teman2 sekampung saya, orang bilang disini adalah cirebon di tengah jakarta, saya bisa menggunakan bahasa ibu di sini, sebagaian besar sahabat2 saya berprofesi sebagai penjual ketoprak atau sekoteng, mereka berangkat berjualan di sore hari dan pulang di tengah malam, kadang iri terlintas di fikiran, begitu indah kehidupan mereka, mereka begitu bebas, mereka tidak terpatok tanggal, deadline, dan bla..bla...seperti pekerja kantoran, mereka tidak perlu mengisi form cuti untuk sekedar berlibur atau ada keperluan, mereka tidak perlu menunggu libur long weekend untuk pulang ke cirebon, mereka juga tidak perlu surat sakit ketika sakit, mereka mengontrol waktu mereka sendiri, pekerja kantoran segalanya anda terikat dengan aturan2....para pedagang itu memiliki insting alami manusia dalam bertahan hidup, insting para pemburu seperti nenek moyangnya dahulu ketika masih hidup di hutan belantara, insting yang hilang bagi para pekerja kantoran, mereka para pedagang..ketika mendapatkan hasil ketika berdagang secara langsung, hari itu juga mereka akan bertahan, bukan akumulasi gaji, bukan konsep sallary yang aneh ala kapitalisme yang menunggu 30 hari untuk menikmatinya, membayar gaji ketika keringat sudah sangat kering, atau bahkan sudah tidak berbekas karena habis oleh akumulasi kelelahan, jujur saya sekali lagi iri pada mereka..tidaklah salah jika kanjeng Rasul pernah bersabda

"profesi yang paling baik, adalah pedagang"

"profesi yang paling baik, adalah pedagang"

Dan setiap aku disini, di tempat ini maka aku berdoa, semoga Allah memberi kesempatan bagi saya untuk berada dalam profesi tersebut, profesi dimana saya bisa memerdekakan diri dari belenggu aturan2 aneh, berada dalam dekap kebebasan waktu, menikmati hari dengan tiupan angin yang berakata

"mari kita pulang, hari ini kau sudah lelah".

 Dan bercerita pada dinding-dinding kamar

"dinding kau bersamaku sekarang"

Berlarian dengan anak-anak kecil di sebuah kampung, di tengah pematang sawah dan berkata

"aku seusia kalian, karena aku bebas"

Dan berkata pada siang di hari jum'at

"Aku merindukanmu, karena jadwal tidak mengejarku lagi"

Berkata pada 1/3 malam

"kau sejuk, aku merasakan Engkau lebih dekat, semakin dekat"

berkata pada subuh dan matahari

" hemmm....dekaplah aku lebih mesrah"

aku merindukan itu......

0 comments:

Posting Komentar

 

Surga Bumi Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers