Senin, 16 Agustus 2010

Konsumtivisme, aku kamu dan dia

Suasana di ruang ini membosankan, seorang berdiri sebagai trainer di depan menjelaskan semua teori penjualan dan tekhnik tetek bengeknya, saya hanya memainkan gelas bening berisi air yang jga bening yang ada didepan saya dengan mendekatkan wajah saya ke gelas tersebut, cukup mengusir kebosanan karena wajah saya menjadi sangat lucu, melebar mengikuti bentuk gelas tersebut, hidung saya menjadi besar, mata saya pun menjadi belo, saya teringat salah satu adegan awal film "bayu biru" mungkin sedikit menggambarkan kebosanan yang saya alami, 1 jam berlalu dengan segala kebosanannya, terdengar sayup2 sang tariner tersebut menceritakan sebuah kisah tentang keberhasilan seorang sales dengan mempraktekan tehknik yang dia teorikan tadi

Diceritakan olehnya, ada seorang bapak kayak raya berumur 35 tahunan di suruh oleh istrinya untuk membeli pembalut di sebuah toko, dia datang ke toko yang diperintahkan istrinya, sebuah toko swalayan besar di kotanya, dia kebingungan disana, karena baru pertama kali berbelanja sendiri di toko tersebut, dia tidak tahu letak dimana pembalut tersebut di jual, dalam kebingungannya itu, utnunglah seorang sales datang dan mendatanginya, dan mulailah sang sales melancarkan tehnik-tehnik pemasaran selain menunjukan tempat pembalut tersebut, singkat cerita sang suami keluar bukan hanya membeli pembalut tersbut, tapi juga membeli begitu banyak barang termasuk membeli kapal ferry..dan sang sales pun menang...sang suami kehilangan uangnya yang telah ditabung sekian tahun, hanya kerena pembalut.......

setelah cerita selesai, ,ruangan menjadi riuh dengan decak kagum dari para peserta, saya hanya bengong, karena tidak tahu itu sebuah berkah atau kehancuran, bagi saya itu hanya sebuah konsumtivisme  yang arogan dimana sales , iklan, show, media, kemasan, gengsi, design sebagai komunikasi ekonomi yang dijadikan kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme untuk menyebarluaskan barang produksi dan memaksa konsumen untuk membeli, dalam artian motivasi dalam membeli suatu barang bukan sebatas  kebutuhan tapi  juga ada otoritas di luar dirinya yang memang dikontuksi secara sengaja dan memaksanya untuk membeli...tidak percaya?

lihat fasyion sekarang yang menawarkan imaji dimana media sebagai front senajata utama, fenomena Blackberry, mari kita bertanya pada masing2 apakah anak SMA dan para Remaja itu memerlukan Blackberry sebagai alat komunikasi mereka, bukankah fitur2 yang ada di BB keculai Push Email yang realtime bisa didapatkan di HP2 lain, atau HP china dengan harga yang lebih murah, atau HP mereka yang saat ini mereka pakai juga sudah bisa menggunakan fitur2 tersebut, tapi kenapa BB begitu menjamur dikalangan remaja, HP yang dulu hanya dibuat untuk para pekerja kantoran yang dinamis, yah alasan membeli mereka bukan karena kebutuhan tapi kearah tuntutan gengsi dan fashion, mereka dipaksa membeli barang yang diluar kebutuhan mereka, atau sedikit lebih ringan, coba cek lemari pakaian kita, berapa pasang pakain kita disana, lebih dari 10 pasang saya yakin, dan tiap tahun kita selalu membeli pakaian baru, padahal jika kita menilik pada motivasi kebutuhan maka maksimal 10 pasang pakaian sudah cukup untuk memenuhi 7 hari rutinitas, jika umur barang tersebut adalah 3 tahun maka...harusnya kita baru membeli pakaian itu 3 tahun sekali, tapi nyatanya kita selalu membeli lebih 1 xdalam satahun, tentu jika mau jujur, motivasinya bukan kebutuhan tapi lebih ke keinginan yang timbul atas desakan otoritas di luar diri kita yang disebut dengan fashion atau semiotic power yang diciptakan para kapitalisme

Konsumtivisme merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang tersebut, konsumtivisme berkembang sebagai budaya setelah revolusi industri yang digawangi oleh para kapitalis dimana proses produksi dilakukan secara massif sehingga membutuhkan konsumen yang lebih luas, Dalam wacana kapitalisme, semua yang diproduksi oleh kapitalisme pada akhirnya akan didekonstruksi oleh produksi baru berikutnya, berdasarkan hukum “kemajuan” dan “kebaruan”. Dan karena dukungan media, realitas-realitas diproduksi mengikuti model-model yang ditawarkan oleh media (Piliang dalam Ibrahim, 1997, hal. 200).  dan tidaklah salah jika kita sebut masyrakat konsumtif saat ini lebih mengarah pada masyarakat kapitalisme mutakhir dimana media dan tekhnologi menjadi ujung tombaknya, menurut Adorno perkembangan konsumtivisme saat ini  merupakan kekuatan-kekuatan produksi sudah sangat maju dan kuat dan pada saat yang sama membelengu kekuatan produksi yang ada, hal ini membuat masyrakat komoditi “sarat dengan antagonisme” (full of antagonism) yang menegasikan sikap sosial dan tentu bukan hanya terbatas wilayah ekonomi saja tapi sudah melebar ke arah wilayah budaya, budaya konsumtivisme sendiri merupakan nyawa kdari kapitalisme, karena dengan budaya inilah produksi akan terus berjalan dan keserakahan akan terus mendapatkan tempat, media terus membuat asumsi-asumsi palsu melalui kekuatan tanda( semiotic power), umberto eco menjelaskan lebih lanjut bahwa semiotika dalam hal ini sangatlah penting untuk memanipulasi(dusta) kesadaran manusia, lebih mencengangkan lagi umberto eco menganggap bahwa semiotika “…pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta (lie).”, kekuatan inilah yang digunakan media untuk membuat kesadaran-kesadaran ilusi yang memaksa manusia untuk bersikap konsumtif......


Tentu budaya konsumtif akan sangat berbahaya bagi kelanjutan kehidupan ini, kelanjutan bumi yang samikin tua ini, karena nilai2 kerarifan suadah tidak lagi menjadi penting, dimana keserakahan mengambil peranan dalam menjalankan roda kepemimpinan bumi, berapakah juta limbah industri yang dihasilkan yang tidak bisa di urai oleh bumi untuk hanya memenuhi hasrat palsu kita, berapa juta limbah pentium I,II, atau III dan sebnetar lagi Pentium IV yang tertimbun seperti gunung di tempat2 sampajh limbah elektronik, atau berapa juta hektar hutan yang gundul untuk memenuhi keserakahan manusia untuk menikmati nikmatnya coklat nestle dimana minyak mereka dibeli dari group sinarmas yang telah menghacnurkan jantung bumi, hutan tropis kalimantan, sungguh sangat mengerikan ketika dunia dipimpin oleh kapitalisme,,,saatnya melawan kawan....
 

Surga Bumi Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers